Klepon – Croissant Roti AST
![](https://www.alumniunj.com/images/announcement/1595825424_klepon-dan-roti-terigu.png)
Oleh: *Endin AJ.Soefihara
Persis di depan Hotel Indonesia, di tengah lintasan jalan melingkar
bundaran air mancur, seorang pedagang roti keliling terkapar berlumuran darah,
tak jelas mobil mana dan siapa yang menabraknya saat keramaian di jalan pagi
hari itu.
Kini sejumlah orang tengah
menolong korban, membereskan gerobaknya dan memungut sejumlah roti yang
berserakan memenuhi lintasan.
Pedagang roti keliling seperti ini sebenarnya di Jakarta mulai langka,
berbeda dengan era tahun 70 an, tiap pagi sejumlah gerobak roti keliling
melesat menelusuri lorong – lorong kampung, perumahan atau mangkal di area
gedung perkantoran. Para pedagang roti keliling ini nampak sudah pandai membagi
diri sesuai dengan kualitas harga satuan roti yang dijajakannya ke daerah mana
mereka harus berkeliling. Harga menentukan daerah atau daerah menentukan harga,
demikian adagium dagangnya.
Entah kapan orang Jakarta mulai mengenal roti, bila dilihat dari bungkus
roti yang berceceran di situ tertera Adonan Sari
Terigu (AST) Pejompongan 1938.
Orang Mesir, dalam sejarah peradaban kunonya, mengenal
makanan sejenis roti sejak zaman Narmer sampai Khasekhemmy sekitar
5000 tahunan sebelum masehi. Mereka mengolah menu makanan berbahan dasar utama
dari gandum, karena hidupnya nomaden menelusuri Sungai
Nil mengalir, dibuatlah dalam bentuk adonan, kemudian dijemur sampai
kering sehingga menjadi bekal konsumsi dalam perjalanan.
Konon itulah cikal bakal roti, contoh roti zaman old
ini bisa dilihat di pasar Khan El Khalili dekat
masjid Imam Husein RA bersebelahan dengan Masjid Universitas Al-Azhar di
kota tua Kairo Mesir. Bila tandang ke sini jangan lupa singgah ke kedai novelis
Arab Naguib Machfouz, peraih hadiah Nobel
1988, untuk minum secangkir teh bercampur daun mint, menyantap Roghif
lesy ( roti kehidupan) dan sesekali menyedot sisha bermacam rasa
pilihan.
Berbeda dengan sejarah roti Prancis
– Franch Croissant, baru muncul setelah pasukan raja Frankish mengalahkan
tentara muslim Turki Usmani, untuk merayakan kemenangan ini sekitar tahun 1683
orang Wina Austria membuat roti berbentuk bulan sabit sebagai
perlambang muslim – Islamic Crescent - , dengan
menyantap Croissant seakan-akan tengah melumat tentara Turki
yang muslim. Ada yang bilang asal usul nama France ( Perancis)
dan Frankfurt diambil dari Frankish si raja galak itu. Kisah jajanan klepon yang
dianggap punya unsur ideologis mungkin mau niru cerita ini.
Nasib penjaja roti keliling tambah hari semakin suram seiring dengan
masuknya berbagai jenis roti pabrikan, beredarnya beragam bakery internasioal,
meluasnya usaha pinjam merk – Franchise -, merebaknya pasar
kecil – Mart – di berbagai pelosok kampung.
Desakan kaum kapitalis dan liberalisasi ekonomi yang tidak diproteksi
oleh negara ini berimbas pada tutupnya berbagai industri roti rumahan. Akibatya
sudah jarang sekali terdengar terompet pagi dan teriakan nyaring roti-roti
–roti berkeliling di kampung besar bernama Jakarta ini.
Polisi dan beberapa relawan berhasil mengangkat korban ke trotoar jalan
persis di bawah papan reklame besar yag berisi tulisan ”Membangun untuk
kesejahteraan bangsa. Hidupkan ekonomi rakyat”.
Sudah hampir sepuluh tahun, penjaja roti sebut
saja namanya BangThoyib asal Gang
Mekar Petamburan berkeliling Menteng, Sarinah dan Kebon Kacang menjajakan
beragam macam roti olahan yang diambilnya dari industri roti rumahan di bilangan Pejompongan.
Seorang Polisi menghampiri Bang Thoyib sambil
memegang tangannya yang masih berlumuran darah, kemudian polisi
mengajaknya bicara, “ kamu akan kami
bawa ke rumah sakit ya”. Terdengar sayup-sayup, dia
menjawab, “Tidak usah pak polisi, saya mau ke Menteng saja”.
Di tengah
bisingnya suara kendaraan, Polisi melanjutkan ucapannya…
“Begini…bagaimana kondisi kamu, apa yang kamu rasa ?” sambil
matanya agak merem dan meringis menahan rasa sakit Bang Thoyib bergumam, “Pak, yang saya bawa ada rasa srikaya, coklat, strawberry, nanas,
kacang dan keju, bapak mau
yang rasa apaan.
*Penulis, Ketua Umum IKA-Alumni
UNJ 2004 – 2010.